G

G

INFORMASI TERBARU

Mathematic Mobile Learning Module (MMLM) Sebagai Solusi Pembelajaran Matematika yang Kekinian




Oleh
Agus Setio
SMP Immanuel Batu


Abstrak:  Perkembangan teknologi sangat mempengaruhi seluruh sendi kehidupan, termasuk gaya belajar siswa, sehingga diperlukan terobosan yang dapat membantu siswa tetap dapat belajar matematika yang sesuai dengan perkembangan teknologi tersebut. Salah satunya adalah modul pembelajaran yang dikemas dalam bentuk elektronik/ e-module yang bersifat “mobile. Modul jenis ini disebut dengan Mathematic Mobile Learning Module (MMLM).

Kata Kunci: Perkembangan teknologi, Modul, Mobile Learning


Pendahuluan

Perkembangan teknologi, terutama teknologi seluler (Handphone, Tablet, Pablet, dsb) atau yang sering disebut dengan gadget dewasa ini sangat pesat. Data International Data Corporation (IDC, 2016) menunjukkan pada 6,5 juta smartphone dikirim ke Indonesia selama kuartal I 2016, dan data ini terus bertambah setiap kuartalnya. Lembaga riset digital marketing Emarketer memperkirakan pada 2018 jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia lebih dari 100 juta orang. Dengan jumlah sebesar itu, Indonesia akan menjadi negara dengan pengguna aktif smartphone terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika (Kominfo, 2016)
Handphone (HP) dikalangan peserta didik sekarang ini bukanlah barang yang langka, dari hasil survei awal terhadap siswa kelas VII - IX SMP Immanuel Batu,  didapatkan bahwa semua siswa memiliki handphone (HP) dengan berbagai merk dan tipe, hampir 80% diantaranya menggunakan HP bersistem android. Fungsi HP sendiri bagi siswa tidak sekedar sebagai alat komunikasi (Sheereen N. Zulkefly dan Rozumah Baharudin, 2009). Hasil penelitian Sheereen N. Zulkefly and Rozumah Baharudin (2009) di Malaysia menunjukkan, rata-rata siswa menggunakan HP mereka selama 353,36 menit atau sekitar 5,89 jam perhari. Waktu yang mungkin sama dengan rata-rata pemakaian HP oleh pelajar di Indonesia. Hal ini berbeda jauh dengan rata-rata lama belajar siswa di rumah yang hanya 1,6 jam/hari (Riza Arisandi dan Melly Latifah, 2007).
Fenomena di atas seharusnya menjadi tantangan sekaligus kesempatan untuk memanfaatkan dan mengintegrasikan teknologi HP sebagai sarana belajar siswa. Sebagaimana semangat kurikulum 2013 yang mengamanatkan pembelajaran ber-TIK (menggunakan teknologi informasi dan komunikasi). Penggunaan HP dalam pembelajaran sering disebut juga dengan Mobile Learning (O. Maley, 2003). Apalagi jika Mobile learning yang dihasilkan juga berfungsi sebagai Modul, maka siswa dapat belajar kapanpun, dimanapun, dan dalam situasi apapun. Modul seperti ini oleh penulis diberi nama Mathematic Mobile Learning Module (MMLM).
Pembahasan

Mathematic Mobile Learning Module (MMLM) adalah modul matematika yang  dikemas  dalam  bentuk  Mobile  Learning,  sehingga  modul  ini  memiliki
fleksibilitas layaknya sebuah aplikasi Mobile tetapi tetap memiliki fungsi sebuah modul  pembelajaran.  MMLM  juga  memiliki  fungsi  sebagaimana  modul pada umumnya, seperti dinyatakan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (DPSMK) (2008:4) yang menyebutkan bahwa modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik.
Goldsmich (1972:5) mengatakan modul adalah serangkaian bahan belajar

mandiri yang dirancang untuk membantu siswa memahami materi tertentu. Sedangkan Sejpal (2013) mendefinisikan modul sebagai bahan belajar yang bersifat self-contained yang terbagi kedalam unit-unit kecil. DPSMK (2008b:4) jugamenyebutkan, modul berfungsi sebagai sarana belajar yang bersifat mandiri, sehingga peserta didik dapat belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing. Modul juga befungsi sebagai bahan belajar yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran peserta didik. Dengan modul peserta didik dapat belajar lebih terarah dan sistematis (Purwanto, dkk, 2007:10).
MMLM  juga  harus  memiliki  karakteristik  seperti  yang  dijelaskan  oleh

DPSMK  (2008b:4-7)  dan  Direktorat  Jenderal  Peningkatan  Mutu  Pendidik  dan

Tenaga Kependidikan (Dirjen PMPTK) (2008:3-5) sebagai berikut.

a. Self Instruction: yaitu melalui modul tersebut siswa mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter self instructional, maka dalam modul harus: (1) memuat tujuan yang dirumuskan dengan jelas, (2) memuat materi pembelajaran yang dikemas kedalam unit- unitkecil sehingga memudahkan belajar secara tuntas. Modul juga harus memuat  (3)  contoh  dan  ilustrasi  yang  mendukung  kejelasan  pemaparan meteri pembelajaran, (4)memuat latihan soal dan tugas yang memungkinkan siswa memberikan respon dan dapat mengukur tingkat penguasaannya, (5) memuat permasalahan kontekstual, (6) menggunakan bahasa yang sederhana dankomunikatif, (7) memuat rangkuman materi pembelajaran, (8) memuat
instrumen    penilaian    yang    memungkinkan    penggunaan    melakukan self assessment ,     (9)     memuat     umpan     balik     atas     penilaian,     sehingga penggunaannya mengetahui tingkat penguasaan materi, (10) menyediakan informasi tentang rujukan atau referensi yang mendukung materi pembelajaran dan modul.
b. Self Contained: yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam suatu modul secara utuh. Tujuan dari konsep ini adalah memberi kesempatan siswa untuk belajar secara tuntas sesuai rangkaian kegiatan belajar yang direncanakan.
c.  Stand Alone: yaitu modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media

lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media pembelajaran yang  lain.  Dengan  menggunakan  modul,  siswa  tidak  perlu  bahan  ajar lain untuk mempelajari atau mengejakan tugas pada modul tersebut.
d. Adaftive: yaitu modul dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel digunakan. Selain itu modul yang adaptive adalah jika isi materi pembelajaran dapat digunakan sampai dengan kurun waktu tertentu.
e. User Friendly: yaitu modul harus memiliki sifat bersahabat dengan pemiliknya.

Dengan kata lain modul harus mudah digunakan dan dipahami sehingga memudahkan siswa untuk memahami isi modul yang sudah disediakan.
MMLM juga harus memiliki sifat-sifat Mobile Learning secaraumum, sebagaimana didefinisikan oleh  O Malley, dkk (2003) sebagai jenis pembelajaran dimana pebelajar tidak tergantung lokasi dan waktu, atau pembelajaran yang memanfaatkan teknologi mobile. Menurut El-Hussein dan Cronje (2010)  Mobile Learning didefinisikan sebagai pembelajaran yangmenggunakan mobility of technology, mobility of learners and mobility of learning. Quinn (2011:2) mendefinisikan Mobile Learning sebagaiboth augmenting formal learning, and moving to performance support, informal, and social learning as well”.
MMLM dalam kegiatan pembelajaran dapat bermanfaat sebagai: suplemen/ tambahan yang sifatnya pilihan/ opsional, pelengkap/ komplemen, atau pengganti/ substitusi (Majid, 2012).
a. Suplemen: Mobile Learning berfungsi sebagai suplemen berarti peserta didik mempunyai kebebasan memilih untuk memanfaatkan materi Mobile Learning atau tidak. Walaupun sifatnya opsional, peserta didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan.
b. Komplemen: Mobile  Learning berfungsi sebagai komplemen  berarti  materi

dalam Mobile Learning diprogramkanuntuk melengkapi materi pembelajaran yangditerima siswa di dalam kelas, dan menjadi materi pengayaan atau remedial bagi siswa di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
c.  Substitusi:   Mobile   Learning   berfungsi   sebagai   substitusi   berarti   Mobile Learning sebagai pengganti tatap muka di kelas. Tujuannya agar siswa dapat secara fleksibel mengelola kegiatan belajarnya sesuai dengan waktu dan aktifitas sehari-hari siswa. Sesuai dengan kebutuhan, pendidik dapat pula memberikan   kesempatan   pada   siswa   untuk   mengakses   bahan   belajar tertentu, maupun soal ujian yang hanya dapat diakses oleh siswa sekali saja dan dalam rentangan waktu tertentu pula.
Pengembangan dan penerapan MMLM sangat memungkinkan dilakukan

terhadap siswa SMP dewasa ini, mengingat perangkat mobile khususnya Handphone (HP) merupakan gadget wajib bagi siswa. Hampir semua siswa SMP memiliki HP dengan  spesifikasi yang mendukung fungsi multimedia, sehingga pemasangan MMLM sangat dapat dilakukan. Dukungan software dan tutorial juga banyak tersedia di dunia maya. Misalnya untuk mengembangkan MMLM yang dapat berjalan pada HP bersistem Android dapat menggunakan SDK Eclipse,  Phonegap,  Adobe  Flash,  App  Inventor,  dll.  Kita  juga  dapat  mencari aplikasi produk jadi yang tersedia di play store/ google market yang sesuai. Beberapa  lembaga  di  Indonesia  yang  juga  mengembangkan  produk pembelajaran Mobile Learning antara lain: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (Kemendikbud) yang beralamatkan di http://m- edukasi.kemdikbud.go.id. Berikutnya adalah Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik danTenaga Kependidikan Matematika (PPPPTK Matematika) yang beralamatkan di m.p4tkmatematika.org.
MMLM masih  merupakan  hal  baru  dalam  dunia  pendidikan  kita, sehingga penelitian dan pengembangannya perlu terus dikembangkan untuk menyongsong era baru baru dalam belajar yang cenderung mobile”. Dan slogan belajar dimanapun dan kapanpun dapat dilakukan oleh siswa kita.

Kesimpulan dan Saran

MMLM  merupakan media belajar yang sesuai untuk membantu siswa yang sedang melaksanakan prakerinuntuk tetap dapat belajar matematika. MMLM juga sangat sesuai dengan perkembangan TIK dewasa ini dan semangat
K-13.

Untuk menerapkan atau mengembangkan sebuah MMLM perlu adanya penelitian secara mendalam tentang teknologi dan isi/ materinya, sehingga penerapan atau pengembangan MMLM sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.





Daftar Rujukan

Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Dirjen
PMPTK). 2008. Penulisan Modul. Depdiknas. Jakarta.
Direktorat  Pembinaan  Sekolah  Menengah  Kejuruan  (DPSMK).  2008b.  Teknik
Penyusunan Modul. Depdiknas. Jakarta.
El-Hussein, M. O. M., & Cronje, J. C. (2010). Defining Mobile Learning in the Higher Education Landscape. Educational Technology & Society, 13 (3), 1221.
Fernchild, Daisy Peasblossom. 2014. What Is the Advantage & Disadvantage of Print & Electronic Media?. Online. url: http://www.ehow.com/info_8681731_advantage-disadvantage-
print-electronic-media.html. Diakses tanggal 18 Maret 2014. Goldsmich,  Barbara  dan  Goldsmich,  Marcel  L.  1972.  Modular  Instruction  in
Higher Education: A Review. McGill University. Montreal
Lai,Julia. 2014. Disadvantages of an Education With Print Media. Online. url: http://www.ehow.com/list_7211281_disadvantages-education-print- media.html. Diakses tanggal 18 Maret 2014.
Locsin,    Aurelio.    2014.    Disadvantages    of    Print    Media.    Online.    url: http://www.ehow.com/facts_5246266_disadvantages-print- media.html. Diakses tanggal 18 Maret 2014.
Majid,          Abdul.          2012.          Mobile          Learning.          Artikel.          url:
18 Maret 2014
O’Malley, C. dkk. 2003. Guidelines for Learning/ Teaching/ Tutoring in a Mobile
Environment. MOBIlearn/UoN, UoB, OU/D4.1/1.0.
Pemerinta Republik   Indonesia.   2010.   Pengelolaa da Penyelenggaraan
Pendidikan (Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010). Jakarta. Purwanto, dkk. 2007. Pengembangan Modul. Depdiknas. Jakarta
Quin, Clark N. 2011. Mobile Learning: Landscape and Trend. Santa Rosa
Sejpal, Kandarp. 2013. Modular Method of Teaching. International Journal for Research in Education. Vol. 2, Issue:2, February 2013. hal.169-171. ISSN:2320-091X

Zulkefly, S. N. and Baharudin, R. 2009. Mobile Phone use Amongst Students in a University  in  Malaysia:  Its  Correlates  and  Relationship  to PsychologicalHealth. European Journal of Scientific Research. ISSN

1450-216X Vol.37 No.2.

No comments